JURNAL INFLASI
DISUSUN : NUR FREDY W 1511028
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kita seringkali mendengar kata inflasi.
Akan tetapi apa benar kita sudah mengetahui apa inflasi itu. Kebanyakan dari
kita tiadak mengetahuinya. Padahal sangat penting bagi kita untuk mengetahui
inflasi. Hal ini disebabkan inflasi tidak bisa dilepaskan dari masalah
perekonomian.
Dengan mengetahui secara benar tentang masalah
inflasi, tentu saja kita berharap dapat mengatasi atau bahkan mencegahnya. Kita
tidak bisa memungkiri akan besarnya kemungkinan dinegara kita akan menghadapi
masalah inflasi. Sebagai seorang mahasiswa sudah sepatutnya kita membanntu
permasalahan ekonomi yang ada di negara kita khususnya masalah inflasi. Oleh
karena itu kami sengaja membuat makalah ini karena masalah inflasi saat ini
bukanlah masalah yang remeh terutama di masa-masa krisis global seperti yang
kita alami sekarang. Kami berharap makalah ini bisa membantu walaupun sedikit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian inflasi itu?
2. Apa saja teori Inflasi?
3. Apa saja sumber inflasi?
4. Apa saja efek yang ditimbulkan dari inflasi?
5. Apa dampak dari inflasi?
6. Bagaimana cara mencegah inflasi?
7. Bagai mana cara menghitung inflasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) dalam jangka waktu yang
lama. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi tingkat harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi.
Inflasi dianggap terjadi jika proses kanaikan harga belangsung secara
terus-menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk
mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga.
Dalam membicarakan mengenai masalah inflasi,
perlu kita membedakan diantara inflasi merayap (creeping inflation), inflasi
sederhana (moderate inflation) dan inflasi hiper (hyper inflation). Tidak terdapat
suatu ukuran tertentu yang dapat digunakan untuk membedakan ketiga jenis
inflasi tersebut, tetapi secara kasar dapatlah dikatakan bahwa inflasi merayap
adalah inflasi yang tingkatnya tidak melebihi 2-3 persen setahun, inflasi
sederhana adalah inflasi yang berada disekitar 5-8 persen dan inflasi hiper
adalah inflasi yang tingkatnya sangat tinggi yang menyebabkan tingkat harga
menjadi dua kali lipat atau lebih dalam tempo satu tahun.
B. Teori Inflasi
1) Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti hal-hal yang berperan dalam
proses inflasi, yaitu jumlah uang yang beredar dan anggapan masyarakat mengenai
kenaikan harga-harga. Inti dari teori kuantitas adalah sebagai berikut. Inflasi
yang bisa terjadi apabila ada penambahan volume uang yang beredar. Tanpa ada
kenaikan jumlah uang yang beredar, gagal panen misalnya hanya akan menaikan
harga-harga untuk sementara waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat” bahan
bakar” bagi api inflasi. Apabila jumlah uang bertambah, inflasi akan berhenti
dengan sendirinnya.
Laju inflasi disebabkan oleh laju pertambahan
jumlah uang beredar dan anggapan masyarakat mengenai harga-harga. Teori
kuantitas ini di kemukankan oleh Irving Fisher. Adapun rumusnya sebagai berikut
:
Keterangan :
M = Jumlah uang yang beredar
V = Kecepatan perputaran uang
P = Tingkat harga
T = Banyaknya transaksi
Di setiap transaksi, jumlah yang dibayarkan oleh
pembeli sama dengan jumlah uang yang diterima penjual. Hal ini berlaku untuk
seluruh perekonomian.
Dalam periode tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual. Nilai barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T) di kalikan harga rata-rata barang tersebut (P).
Dalam periode tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual. Nilai barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T) di kalikan harga rata-rata barang tersebut (P).
2) Teori Keynes`
Menurut John Maynard Keynes,. Inflasi terjadi
karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Keynes
berpendapat, proses inflasi adalah proses perebutan bagian rezeki diantara
kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar dari yang
bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Oleh keynes proses perebutan ini
diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat terhadap barang
selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Peristiwa tersebut
menimbulkan apa yang disebut celah inflasi atau inflationary gap.
Celah inflasi ini timbul karena
golongan-golongan masyarakat berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi
permintaan yng efektif terhadap barang. Golongan-golongan masyarakat yang
dimaksud yaitu pemerintah, pengusaha, dan serikat buruh. Pemerintah berusaha
memperoleh bagian lebih besar dari output masyarakat dengan cara mencetak uang
baru. Pengusaha melakukan investasi dengan modal yang diperoleh dari kredit
bank, serikat buruh atau pekerja memperoleh kenaikan harga. Hal ini terjadi
karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia, maka harga-harga
akan naik. Adanya kenaikan harga-harga ini menunjukan sebagian dari
rencana-rencana pembelian barang dari golongan-golongan tersebut bisa dipenuhi.
Proses inflasi akan terus berlangsung selama
jumlah pemintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output
yang dihasilkan. Namun apabila permintaan efektif total tidak melebihi
harg-harga yang berlaku dari jumlah output yang tersedia, maka inflasi akan
berhenti.
3) Teori Strukturalis
Teori ini didasarkan atas pengalaman di
Negara-negara amerika latin. Teori ini memberikan perhatian yang besar terhadap
struktur perekonomian Negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan
inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian. Menurut
teori ini, ada dua hal penting dalam perekonomian Negara-negara sedang
berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu sebagai berikut:
a) Ketidakjelasan penerimaan ekspor
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di bandingkan
dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Adapun penyebab kelambanan tersebut
adalah :
· Di pasar dunia harga barang-barang ekspor
tersebut semakin memburuk.
· Produksi barang-barang ekspor tidak responsive
terhadap kenaikan harga.
b) Ketidakelastisan penawaran atau produksi bahan makanan di dalam
negeri.
Produksi bahan makanan di dalam negeri tidak
tumbuh secepat pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita. Hal ini
menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk naik, sehingga
melebihi tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan harga barang-barang lain.
Dampak yang ditimbulkan yaitu munculnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan
kenaikan upah atau gaji. Naiknya upah karyawan menyebabkan kenaikan ongkos
produksi. Hal ini berarti akan menaikan harga barang-barang. Kenaikan harga
barang-barang tersebut mengakibatkan munculnya kenaikan upah lagi. Adanya
kenaikan upah akan diikuti oleh kenaikan harga barang-barang begitu seterusnya.
Proses ini akan berhenti apabila harga bahan makanan tidak terus naik. Namun
karena faktor strukturalis harga bahan makanan akan terus naik sehingga proses
saling dorong mendorong antara upah dan harga tersebut selalu mendapat “umpan”
baru dan tidak akan berhenti.
C. Sumber Inflasi
Terdapat banyak faktor yang dapat menimbulkan
inflasi. Kenaikan harga bahan mentah yang di impor, kenaikan harga bahan bakar,
defisi dalam anggaran belanja pemerintah, pinjaman sistem bank yang berlebihan,
dan kegiatan infestasi yang sangat pesat perkembanggannya merupakan beberapa
contoh dari keadaan-keadaan dalam perekonomian yang dapat menimbulkan
inflasi. Walaupun masalah inflasi dapat ditimbulkan oleh berbagai
faktor, secara analitis cukuplah apabila faktor-faktor itu dibedakan dan
digolongkan kepada dua faktor berikut:
1) Inflasi yang diakibatkan oleh perubahan dalam permintaan agregat.
Inflasi karena kenaikan permintaan agregat
sering disebut dengan demand-pull inflation (inflasi karena ditarik
permintaan). Dalam inflasi jenis tersebut, kenaikan kurve permintaan agregat
menarik tingkat harga keatas. Agar demand-pull inflation dapat terus terjadi
maka kurve permintaan agregat harus terus bergeser keatas sepanjang kurve
penawaran agregat. Kenaikan Amerika selama akhir tahun1960-an adalah karena
demand-pull inflation, yaitu pada saat terjadi pertumbuhan belanja federal
untuk perang Vietnam dan perluasan sosial yang menaikkan permintaan agregat.
Inflasi tariakan permintaan dapat berlaku pada
ketika perekonomian menghadapi masalah penganguran yang tinggi maupun pada
ketika kesempatan kerja penuh sudah tercapai. Dikebanyakan negara-negara
berkembang inflasi tarikan permintaan selalu berlaku, walaupun dalam
perekonomian banyak terdapat pengganguran. Keadaan seperti ini dapat terjadi
misalnya sebagai defisit angaran belanja pemerintah yang terlalu besar. Devisit
seperti ini dibiayai oleh pencetakan uang baru dan akan meningkatakan
permintaan agregat permin taan masyarakat. Sedangkan kapasitas produksi
berbagai jenis barang ada kalanya mencapai tingkat yang maksimal dan tidak
memungkinkan pertambahan produksi dalam keadaan seperti ini inflasi tarikan
permintaan akan berlaku.
Apabila suatu perekonomian telah mencapai
tingkat kesempatan kerja penuh. Inflasi tarikan permintaan akan berlaku apabila
permintaan agregat masih tetap berkembang dengan pesat. Pada kesempatan kerja
penuh, perekonomian tidak akan mampu menaikkan produksi. Maka permintaan
agregat yang terus bertambah akan menyebabkan kenaikan harga-harga. Ada
beberapa keadaan yang menyebabkan permintaan agregat terus berkembang. Defisit
dalam anggaran belanja pemerintah merupakan salah satunya, penyebab yang lain
adalah ekspor yang terus pesat berkembang (yang menimbulkan kenaikan pendapatan
kepada masyarakat dan terus meningkatkan konsumsi rumah tangga dan perbelanjaan
agregat), dan sebagai akibat infestasi perusahaan yang semakin meningkat
walaupun kesempatan kerja penuh telah tercapai.
2) Inflasi yang diakibatkan oleh perubahan dalam penawaran agregat.
Inflasi dapat muncul karena penurunan penawaran
agregat, contohnya kegagalan panen dan penurunan penawaran minyak menurunkan
penawaran agregat selama tahun 1974-1975, sehingga tinggkat harga naik. Inflasi
yang terjadi karena penurunan penawaran agregat sering disebut dengan cost-pust
inflation. Kenaikan biaya produksi mendorong tingkat harga ke atas. Penurunan
penawaran agregat biasanya tidak hanya menyebabkan kenaikan tingkat harga,
tetapi penurunan tingkat output, yaitu kombinasi yang disebut stagflasi. Agar
cost-pust inflation dapat terus terjadi maka kurva penawaran agregat harus
terus bergeser kekiri sepanjang kurva penawaran agregat.
Inflasi seperti ini berlaku pada ketika kegiatan
ekonomi telah mencapai kesempatan kerja penuh. Pada tingkat ini industri-industri
telah beroprasi pada kapasitas yang maksimal dan penganguran tenaga kerja
sangat rendah. Pada tingkat kegiatan ekonomi ini tenaga kerja cenderung untuk
menuntut kenaikan gaji dan upah yang menyebabkan peningkatan fdalam biaya
produksi. Biaya produksi juga meningkat sebagai akibat kenaikan harga input
seperti biaya pengangkutan, kenaikan sewa bangunan dan kenaikan harga bahan
mentah. Kenaikan biaya produksi sebagai akibat dari berbagai faktor ini akan
mendorong para pengusaha menaikan harga-harga barang yang diproduksikannya.
D. Efek yang Ditimbulkan
dari Inflasi
v Efek terhadap pendapatan (equity effect)
Efek tehadap pendapatan sifatnya tidak merata,
ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seorang yang
memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya
seorang memperoleh pendapatan tetap Rp 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi
sebesar 10 persen akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar
laju inflasi tersebut yaitu Rp 50.000,00.
v Efek terhadap efisiensi (efficiency effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi
faktor-faktor produksi perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan
akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan
dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga dapat mengakibatkan alokasi
faktor produksi menjadi tidak efesien.
v Efek terhadap output (output effect)
Dalam menganalisa kedua efek di atas (equity dan
efficiency effect) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini
dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan
dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
v Inflasi dan perkembangan ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan
mengalakkan perkembangan ekonomi biaya yang terus menerus naik menyebabkan
kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya
lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Aturan lain tujuan ini
dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah rumah dan bangunan. Oleh
karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan infestasi yang bersifat
seperti ini, infestasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi
menurun. Sebagai akibatnya akan lebih banyak penganguran.
E. Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak
negatif tergantung pada parah atau tidaknya tingkat inflasi. Apabila inflasi
itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong
perekonomian lebih baik yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya
dalam masa inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiper inflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, investasi dan produksi
karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti
karyawan swasta serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka semakin merosot dan terpuruk dari waktu kewaktu.
Bagi orang meminjam uang kepada bank (debitur),
inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur nilai
uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya kreditur atau
pihak yang meminjamkan akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian
lebih rendah dibanding pada saat peminjaman.
Bagi produsen inflasi dapat menguntungkaan bila
pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dari kenaikan biaya produksi. Namun,
bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi dapat
merugikan produsen. Secara umum inflasi dapat mengkibatkan
berkurangnya investasi disuatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong
penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,
ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya
tingkat kehidupan dan kesejahtraan masyarakat.
F. Cara Mencegah Inflasi
Dengan mengunakan Irving Fisher MV = PT dapat di
jelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat dari pada T. Oleh
karena itu untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau
V) harus dikendalikan. Cara mengatur vareabel M, V dan T tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan
yang menyangkut kenaikan produksi.
a) Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter di capai melalui
jumlah uang yang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral
(demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama apabila
seseorang memasukkan uang kas ke Bank dalam bentuk giro, instrumen lain yang
dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasar terbuka (jual/beli
surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan
perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
b) Kebijaksanaan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang
pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung mempengaruhi
permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat
dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa
pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.
c) Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi.
Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya
jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.
d) Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga,
serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji atau upah (dengan
demikian gaji/upah secara riil). Kalau indeks harga naik maka upah atau gaji
juga dinaikkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue). Inflasi adalah proses
dari suatu peristiwa, bukan tinggi tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika
proses kanaikan harga belangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi.
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang
yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Menurut teori struktural, ada dua hal penting
dalam perekonomian Negara-negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan
inflasi, yaitu Ketidakjelasan penerimaan ekspor dan Ketidakelastisan
penawaran atau produksi bahan makanan di dalam negeri.
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadimya inflasi adalah dengan mengaplikasikan beberapa kebijakan
seperti :
1. Kebijaksanaan Moneter
2. Kebijaksanaan Fiskal
3. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
4. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing